Tangerang Raya menjadi salah satu daerah rawan banjir. Banjir tidak semata disebabkan hujan berintensitas tinggi. Perubahan kondisi di daerah resapan menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengakui, wilayahnya juga sudah minim daerah resapan. Daerah-daerah yang zaman dahulu berfungsi sebagai daerah resapan air itu lambat laun tergerus oleh pembangunan permukiman hingga perkantoran.
“Memang sekarang lahan-lahan itu kan banyak dibangun, ditambah lagi daerah Tangsel, Kabupaten Tangerang semua sudah terbangun juga oleh masyarakat,” kata Arief saat dikonfirmasi bantenpro.id, Rabu (17/11/2021).
Daerah-daerah yang awalnya berfungsi sebagai resapan di Kota Tangerang juga kini berubah menjadi permukiman, sekolah, hingga perkantoran.
Arief berujar, ruang terbuka hijau (RTH) yang tersisa saat ini tidak lagi mampu mengantisipasi banjir yang kerap muncul ketika hujan deras mengguyur. Menurutnya, masyarakat boleh saja mendirikan bangunan di atas ruang terbuka asalkan memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.
“RTH boleh saja dibangun, tapi cuma 30 persennya. Kalau yang bukan RTH itu bisa membangun sampai 60 persennnya. Cuma kalau dia dibangun itu harus bikin sumur resapan, atau taman,” jelasnya.
Untuk mengatasi persoalan itu, Pemerintah Kota Tangerang bakal membuat program bio retensi di daerah rawan banjir. Program itu juga diyakini sebagai solusi alternatif guna mewujudkan misi kota layak huni.
“Karena Kota Tangerang sebagai wilayah penunjang Jakarta, ya itu harus tetap diwujudkan, kita ingin di Tangerang itu aman dan nyaman,” kata Arief.
Arief mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam mengantisipasi bencana hingga menanggulangi banjir yang kerap muncul setiap tahunnya. (mst/bpro)