Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mewaspadai sejumlah penyakit esensial yang fokus perhatiannya terbengkalai dan teralihkan karena pandemi Covid-19. Kemenkes mencatat, hanya Provinsi Banten yang mencapai target imunisasi dasar lengkap.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menyebut penyakit-penyakit ini berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat menurunnya imunisasi, yang kemudian berpotensi mengancam kelangsungan sistem kesehatan di Indonesia.
“Imunisasi kita ini cakupannya sudah 2 tahun ini rendah, kalau 2 tahun rendah apalagi masuk 3 tahun. Kita tinggal tunggu waktu untuk panen KLB-KLB pada berikutnya,” kata Maxi dalam acara daring, Jumat (19/11/2021).
Maxi melanjutkan, sejumlah penyakit esensial saat ini juga menimbulkan KLB di sejumlah daerah seperti campak dan juga difteri. Indonesia menurutnya masih berpotensi diancam KLB oleh Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Adapun data Kemenkes hingga Agustus 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap menurun hingga 43,3 persen. Hanya Provinsi Banten yang mencapai target imunisasi dasar lengkap menurut data Agustus 2021.
Kondisi itu kemudian dapat menurunkan kekebalan tubuh anak-anak menjadi rentan terkena penyakit yang semestinya bisa dihindari dengan imunisasi rutin.
“Saya kira penyakit esensial ini penting, harus kita siapkan. Karena terkonsentrasi di Covid-19, Posyandu tidak dibuka sementara petugas-petugasnya. Imunisasi vaksinasi rutin itu boleh dibilang terbengkalai,” kata dia.
Untuk itu, guna mengantisipasi potensi KLB non Covid-19, Kemenkes menurutnya tengah membuat peta jalan adaptasi pengendalian dan pemulihan dampak pandemi covid-19 di Indonesia.
Maxi juga menyebut pihaknya bakal melakukan transformasi sistem kesehatan pada masa pandemi ini melalui enam strategi.
Pertama, adalah perubahan pada layanan primer yang berarti seluruh Puskesmas dan Klinik yang ada di seluruh Indonesia harus meningkatkan pelayanan promotif dan preventif. Kedua, transformasi pada rujukan, dalam artian Indonesia harus meningkatkan keterbukaan, sehingga warga dapat mengakses rumah sakit serta mendapat kualitas layanan yang baik.
Kemudian yang ketiga, transformasi pada sistem ketahanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan tarif yang masuk akal dan terjangkau oleh masyarakat. Keempat, sumber daya kesehatan dengan kualitas yang baik dan disebar ke seluruh negeri.
Kelima yakni transformasi pada teknologi kesehatan dengan memanfaatkan Big Data, Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Serta fokus yang keenam adalah transformasi pada bioteknologi. (bpro)