ADA satu cerita dalam kisah Mahabharata. Suatu ketika Pendeta Dorna mengajak Kurawa dan Pandawa untuk berlatih memanah. Objeknya; seekor burung. Burung itu diletakkan di papan target.
Kurawa yang seratus orang itu mendapat kesempatan mengawali memanah. Sebelum Kurawa membentangkan busur, Pendeta Dorna bertanya kepada Duryudana pemimpin para Kurawa.
“Duryudana, apa yang engkau lihat di papan target itu?” tanya Dorna.
“Seekor burung!” jawab Duryudana.
Jawaban Duryudana diikuti oleh 99 adiknya. Semua menjawab dengan jawaban yang sama.
“Kalau begitu panahlah!” perintah Dorna.
Maka melesatlah 100 anak panah Kurawa ke arah seekor burung itu. Ada yang kena tepat di matanya. Ada yang kena di sayapnya. Ada yang kena dadanya. Perutnya. Kakinya. Dan bagian anggota tubuh burung lainnya.
Kurawa selesai memanah. Kini tiba saatnya giliran Pandawa. Putra tertua Pandawa yakni Yudhistira berkata kepada Dorna.
“Kami ini berlima semua bisa memanah. Tetapi ada yang lebih ahli yaitu Arjuna. Maka kami persilakan kepada yang ahlinya untuk mewakili,” kata Yudhistira.
Dorna pun mempersilakan Arjuna untuk mewakili saudara-saudaranya. Sebelum memulai, Dorna bertanya kepada Arjuna.
“Arjuna, apa yang engkau lihat di papan target itu?” tanya Dorna.
Bukan seekor burung yang dijawab Arjuna. Arjuna justru mengatakan dia melihat sepotong leher burung di papan target.
Busur pun kemudian direntangkan. Anak panah dilesatkan. Jleb! benar-benar menancap di leher burung.
Dari kisah di atas, kita boleh menganalogikan bila kemiskinan itu adalah seekor burung, maka leher burung adalah targetnya.
Kita sering mendengar istilah peningkatan kesejahteraan. Tetapi maknanya begitu luas. Sedangkan target leher burungnya meleset. Yang kena di sekitar situ-situ saja. Sehingga dalam bahasa akademis ada istilah exclusion error dan inclusion error. Orang yang tidak pantas, malah mendapatkan bantuan. Sedangkan orang yang pantas justru tidak mendapatkan bantuan.
Arjuna yang memang ahli memanah akan melihat target yang dibidik berbeda dengan mereka yang bukan ahlinya dan hanya mampu mendefinisikan sasaran. Sehingga panah Arjuna benar-benar tepat sasaran. Bukan hanya sasarannya saja yang terdefinisi. []
Rian Aswaja