BANTENPRO.ID, TANGERANG – Pencarian dan pertolongan terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 melibatkan banyak potensi search and rescue (SAR).
Seperti dipublikasikan Direktorat Bina Potensi Basarnas dan kemudian diposting pada akun Instagram @sar_nasional Minggu (10/01/2021), potensi SAR yang dilibatkan dalam pencarian berasal dari berbagai lembaga atau instansi.
Yaitu Kementerian Perhubungan, Pusat Pengendalian Operasi TNI, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, Marinir, Kopaska, Polri, Polisi Perairan dan Udara, KPLP, Bakamla, BPPT, Koramil 04.
Selanjutnya, Polres Kepulauan Seribu, Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), RS Polri Kramatjati, DVI Mabes Polri, PT Pelindo, Indonesia Divers Rescue Team, POSSI, Pramuka, RAPI, SAR MTA, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Cakrawala, Rumah Zakat, I-Deru, IOF, PT MGS, sampai OI Crisis Center. Kalau dihitung jumlahnya ada 55 lembaga.
Postingan ini mengundang komentar dari pemilik akun Instagram @pemadamhits yang bertanya mengapa pemadam kebakaran (damkar) tidak terlibat. Padahal pada foto di berita beberapa media, tergambar petugas berseragam pemadam kebakaran sedang terlibat dalam proses pertolongan dan pencarian korban jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182.
Akun @damkar_samarinda juga menanyakan di mana pemadam kebakaran, karena menurutnya Damkar DKI Jakarta ikut dalam proses evakuasi.
Komentar itu pun dijawab admin @sar_nasional yang menyampaikan ucapan terima kasih kepada petugas pemadam yang ikut terlibat dalam proses evakuasi. Admin @sar_nasional pun menyampaikan permohonan maaf dan berjanji memperbaiki data potensi SAR dengan segera.
Seorang anggota pemadam kebakaran (damkar) Kota Tangerang yang menolak menyebutkan namanya, mengaku kecewa dengan postingan potensi SAR yang diposting tersebut. Namun demi alasan kemanusiaan, para anggota damkar tetap mendukung upaya pencarian dan pertolongan.
“Kami anggota Korps Yudha Brama Jaya pada unit kerja yang paling terdepan di Kota Tangerang, menyarankan agar teliti dalam memublikasikan keterlibatan semua unsur, supaya terekam dalam data yang baik. Bukan tanpa sebab, jika terjadi sesuatu dengan petugas dalam proses pemberian pertolongan, akan cepat dan mudah terdeteksi identitasnya dan dari unsur mana,” katanya kepada bantenpro.id, Minggu (10/01/2021).
Menurutnya, upaya pencarian dan pertolongan yang dilakukan petugas bukan tanpa risiko. Sebab apabila petugas tersebut mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugasnya, sementara nama dan lembaganya tidak ada dalam data akan menjadi persoalan baru.
Selain melibatkan sejumlah potensi SAR, upaya pencarian dan pertolongan juga melibatkan sejumlah alat utama. Seperti dilaporkan Kantor Berita Antara, Minggu (10/01/2021), mengutip dari data Basarnas Command Center, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Basarnas menerjunkan KN SAR Wisnu, KN SAR Karna, KN SAR Basudewa, helikopter HR-1301 RIB 01 Jakarta dan RIB 03 Jakarta.
Pencarian juga melibatkan kapal dari Kementerian Perhubungan; KRI Rigel TNI Angkatan Laut; KN Trisula P111, KN Alugara P114, KN Celurit P203, KN Belati P205, dan KN P348 dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP); KN P Nipah-321, KN P Marore, RHIB-607, RHIB-612, Catamaran-504, dan RHIB-611 dari Badan Keamanan Laut (Bakamla).
Kemudian, kapal tunda dari PT Pelindo; Super Puma/H3217 dan Caracal/HT-7205 dari TNI Angkatan Udara; Bell 429 P-3203 dari Polisi Udara; KR Baruna Jaya IV dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); jetsky dari Koramil 04, dan ambulans dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
TNI Angkatan Laut juga menerjunkan unsur laut tambahan, yaitu KRI Kurau, KRI Parang, KRI Teluk Gilimanuk, KRI Cucut, KRI Rigel, TD Galunggung, TD Malabar, dua Sea Raider Komando Pasukan Katak (Kopaska).
Unsur laut tambahan TNI Angkatan Laut yang sedang dikerahkan menuju lokasi adalah KRU Raden Edy Martadinata, KRI I Gusti Ngurah Rai, KRI Malahayati, KRI Semarang dan KRI Leuser.
Diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (09/01/2021) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 mil laut di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Berdasarkan data manifes penerbangan, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra. (bpro)
Tinggalkan Balasan