bantenpro.id – Pedagang di bantaran Situ Cipondoh akhirnya rela membongkar kiosnya. Pembongkaran itu telah berlangsung sejak Sabtu (19/11/2022) pekan kemarin.
Pantauan bantenpro.id di lokasi pada Senin (21/11/2022), sejumlah pedagang terlihat merobohkan bangunan kios semi permanennya. Sebagian pedagang lainnya mengevakuasi barang-barang dari kiosnya, sebelum dirobohkan.
Seorang pedagang, Merun, mengatakan dirinya bersedia merobohkan kiosnya demi kelancaran proyek penataan Situ Cipondoh. Dia juga menyadari lahan yang selama ini dia manfaatkan sebagai lokasi berdagang itu merupakan milik negara.
“Di sini kan punya pemerintah, nah pemerintah punya siapa, jadi jangan semena-mena, pemilik warung juga sudah pada sadar. Intinya semoga ke depan lebih baik lagi dan pedagang bisa dagang lagi,” kata Merun kepada bantenpro.id.
Merun mengatakan dari 60 kios yang dibongkar kini tersisa 8 kios yang belum diruntuhkan.
Menurut Merun, pedagang rela membongkar kiosnya karena mendapat uang kompensasi senilai Rp1 juta per kios. Meskipun nilainya itu lebih rendah dari kemauan mereka yakni Rp20 juta untuk satu pedagang, tetapi pedagang tetap menerimanya. Pemberian uang kompensasi itu dilakukan secara tunai.
“Pedagang mintanya Rp20 juta, tapi jadinya Rp1 juta yang kita terima,” jelasnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Provinsi Banten Arlan Marzan mengatakan, uang kompensasi tersebut berasal dari kontraktor proyek penataan Situ Cipondoh. Bukan dana dari APBD.
“Itu kan secara kedinasan kita enggak ada kompensasi, itu kebijakan dari penyedia, kalau kita enggak ada (pemberian uang kompensasi),” kata Arlan kepada bantenpro.id, Rabu (23/11/2022).
Arlan menuturkan, rencana pembongkaran paksa tidak jadi dilakukan lantaran pedagang telah menyadari keberadaan kios di bantaran itu telah menghambat proses penataan Situ Cipondoh. Mulanya, pedagang enggan angkat kaki dari bantaran.
Arlan mengatakan nantinya puluhan pedagang itu akan direlokasi ke floating market yang sedang dibangun pemerintah di atas Situ Cipondoh. Konsepnya berupa pasar di atas air.
Pembuatan floating market itu direncanakan rampung pada 25 Desember 2022 mendatang.
“Saya lihat juga progresnya per hari ini juga sudah mulai pengerjaan floating market terkait persiapan railing, dan pemasangan paving block,” ujarnya.
Arlan mengatakan, besaran tarif retribusi yang akan diterapkan pada floating market masih dalam pembahasan oleh Pemprov Banten. Penghitungan oleh tim apprasial belum menemukan hasil.
Jika sampai pertengahan bulan Desember nanti belum juga ada ketetapan biaya sewa, maka besaran tarif akan disesuaikan dengan regulasi yang diatur dalam Peraturan Gubernur Banten Nomor 54 Tahun 2021 tentang Retribusi Daerah.
“Mungkin mekanismenya (sewa) akan kami rundingkan lagi karena ini berkaitan dengan persyaratan kerja sama dengan pemerintah,” jelasnya. (mst/bpro)