bantenpro.id – Kota Tangerang akan berusia 30 tahun pada 28 Februari 2023. Sejak pertama berdiri hingga tiga dekade ini, Kota Tangerang dikenal kota toleransi yang menghargai adanya perbedaan dan keberagaman dalam masyarakat.
Kota Tangerang tumbuh menjadi kota yang plural. Berbagai pemeluk agama, suku, ras dan budaya dapat hidup bersama berdampingan. Kondisi ini juga tercermin dalam kegiatan apel dan gerak jalan kebangsaan yang diawali dari kawasan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Minggu (26/02/2023).
Kegiatan ini diprakarsai oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Badan Kesbangpol) Kota Tangerang. Kegiatan itu melibatkan sejumlah kelompok kebudayaan hingga umat lintas agama. Pada apel kebangsaan, para pemuka agama mendeklarasikan komitmen kebersamaan dalam menjaga kondusivitas Kota Tangerang.
Setelahnya, para pemuka agama dan tokoh budaya mengikuti gerak jalan kebangsaan dengan diiringi parade kebudayaan yang ditampilkan oleh masing-masing kelompok. Mulai dari pencak silat, tari adat hingga barongsai.
Rutenya dimulai dari Taman Elektrik Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Kemudian berjalan menuju Jalan Taman Makam Pahlawan dan Lapas Pemuda hingga Jalan Sudirman serta berakhir di titik awal.
Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengatakan, kegiatan gerak jalan kebangsaan ini menjadi bukti nyata wujud pluralisme masyarakat Kota Tangerang yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama.
“Kita berharap semangat kebangsaan ini bisa terus terjalin, terjaga. Dan semangat kegotong-royongan ini menjadi modal dasar pembangunan bagi Kota Tangerang di usia ke-30 tahun ini,” kata Arief kepada bantenpro.id
Sementara itu, Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Tangerang Teguh Supriyanto menjelaskan, pihaknya melibatkan Forum Komunikasi Umat Beragam (FKUB) dan sejumlah budayawan dalam memeriahkan acara tersebut.
Alasan memilih kegiatan ini, kata Teguh, Kesbangpol Kota Tangerang ingin menguatkan bahwa kemajemukan budaya dan agama di Kota Tangerang bukan menjadi dasar terjadi perpecahan sosial.
“Di Kota Tangerang itu walaupun berbeda-beda tapi tidak menjadi suatu pertentangan, namun menjadi suatu energi yang kuat untuk membangun Kota Tangerang,” kata Teguh.
Teguh berharap, kegiatan ini menjadi salah satu akar kerukunan antaragama, suku, dan ras yang ada di masyarakat Kota Tangerang.
“Tentunya Kota Tangerang yang memang sudah terjaga kondusivitasnya ini dengan ikrar bersama dengan tokoh agama, menjadi suatu komitmen menjaga kondusivitas saat ini maupun yang akan datang,” kata Teguh. (mst)